Header Ads

ads header

Biografi KH. Moh. Tolchah Mansoer Sang Pelopor Gerakan Pelajar (Resensi Buku)

IDENTITAS BUKU
Judul : KH. Moh. Tolchah Mansoer, Biografi Profesor NU yang Terlupakan
Negara : Indonesia
Bahasa : Indonesia
Jenis Buku : Biografi Tokoh
Penulis : Caswiyono Rusydie Cw, Zainul Arifin, Fahsin M. Fa'al
Penerbit : Majelis Dakwah dan Pendidikan Islam (MADANI)
Kota Penerbit : Jakarta Timur
Tahun Terbit : 2009
ISBN : 817525766-0
Halaman : xxxviii + 314 hlmn

SINOPSIS
Buku yang berjudul KH. Moh. Tolchah Mansoer: Biografi Profesor NU yang Terlupakan ini adalah karya tiga orang kader IPNU yang sadar akan pentingnya penulisan biografi Ketum Pertama PP IPNU ini. Mereka adalah Caswiyono Rusydie, Zainul Arifin, dan Fahsin M. Fa'al. Dan tidak bisa dipungkiri, semangat penulisan buku ini juga atas dorongan dari Ketum PP IPNU 2006-2009, yaitu Rekan Edy Muzayyad.

Latarbelakang keluarga Tolchah digambarkan dengan detai oleh penulis. Hingga kemudian pelajar berdarah Madura ini merantau ke Jogja untuk menimba ilmu di Universitas Gajah Mada (UGM) dan karir aktivisnya melonjak hingga berhasil mendirikan IPNU dan menjadi Ketum IPNU tiga periode berturut-turut.

Berkat keuletan dan kejeniusan konsolidasi internal yang dilakukan oleh Tolchah muda (dan teman-teman seperjuangannya pula) saat itulah, kini PP IPNU memiliki ratusan Cabang di Indonesia dan beberapa Cabang Istimewa di luar negeri.

Selain menjelaskan kiprah Tolchah dalam awal pendirian IPNU, buku ini juga memaparkan sepak terjangnya dalam berjuang di NU sebagai kiai, terutama saat menjadi pelopor penerimaannya Pancasila sebagai azas tunggal Nahdlatul Ulama; dan sepak terjangnya di dunia akademis sebagai doktor pertama NU sekaligus doktor pertama UGM dalam bidang Hukum Tata Negara.


Tak mau ketinggalan, konstlelasi politik Orde Baru yang saat itu berupaya melemahkan NU juga digambarkan dalam buku ini, terutama yang berkaitan dengan sang tokoh. Bagaimana upaya pengasingan Soeharto atas Tolchah, terhambatnya gelar Profesor-nya Tolchah, dan gagalnya Tolchah sebagai calon Menteri Agama saat itu. Keberadaan Tolchah dirasa cukup mengkhawatirkan rezim Orde Baru, sebab lantangnya tulisan Tolchah dalam mengkritik Hukum Tata Negara yang dilakukan penguasa negeri ini saat itu.


RESENSI

Buku Biografi ini disusun secara sistematis menjadi enam bagian. Bagian-bagian tersebut dijelaskan di halaman 11-13, yaitu:

Bagian Pertama, adalah pendahuluan yang berisi landasan pemikiran penulisan biografi ini, kajian-kajian terdahulu, dan kerangka teoretik, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bagian Kedua, memaparkan profil dan perjalanan hidup KH. Moh. Tolchah Mansoer sejak kecil hingga masa-masa akhir kehidupannya. Bagian ini meliputi latar belakang dan konteks sosial politik dan historis kelahiran Moh. Tolchah Mansoer, kehidupannya di masa kecil, remaja dan muda, riwayat pendidikan dan kehidupan sosialnya, hingga kehidupannya di masa tuanya sampai wafat. Mengulas Tolchah sebagai seorang pribadi, yang meliputi kebiasaan, karakter, pandangan hidup, dan cita-cita.


Bagian Ketiga, menelusuri pergulatan Moh. Tolchah Mansoer dalam dunia gerakan sosial dan politik. Mengulas kiprahnya sejak merintis IPNU sebagai organisasi pelajar NU, membidani kelahiran PMII, kiprahnya dalam medan politik, pergulatannya sebagai seorang akademisi dibtengah konflik dan gencetan kekuasaan, kegigihannya dalam membina dan membela gerakan kaum muda, ketekunannya dalam dunia dakwah, hingga peran pentingnya dalam momen sejarah NU, yaitu Munas Alim Ulama dan Muktamar Situbondo yang menelurkan keputusan penting "kembali ke khittah NU 1926" dan penerimaan asas tunggal Pancasila.


Bagian Keempat, memotret pemikiran Moh. Tolchah Mansoer dalam berbagai bidang dan aspek kehidupan. Bagian ini meliputi kiprahnya sebagai seorang akademisi dan doktor hukum tata negara; pemikirannya tentang hukum, negara, dan oemerintahan; pemikirannya tentang demokras dan proses hukum ketatanegaraan Indonesia; dan lain sebagainya.


Bagian Kelima, berisi tentang kesimpulan. Sedangkan bagian keenam, adalah testimoni-testimoni tentang Moh. Tolchah Mansoer yang ditulis oleh Dr. Drs. H. Arief Mudatsir Mandan, M.Si.(Wakil Ketua Komisi I DPR RI dan Ketua DPP PPP), Prof. Drs. Cecep Syarifuddin, Drs. Hilmi Muhammadiyah, M.Si (Ketua Umum PP IPNU masa khidmat 1997-2000), Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, SH. (Pakar Hukum Tata Negara, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi RI), Prof. Dr. H. Machasin, MA. (Direktur Pendidikan Tinggi Departemen Agama RI), H. M. Said Budairy (Pejuang IPNU Semasa dengan Tolchan Mansoer, pernah menjadi Staf Khusus Wakil Presiden RI 2001-2004), Drs. Slamet Effendy Yusuf, M.Si (Ketua Umum PP GP Ansor 1985-1995), Prof. Dr. Sri Soemantri, SH (Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran Bandung, Rektor Universitas Jayabaya Jakarta), Prof. Yahya Umar, PhD. (Mantan Dirjen Pendidikan Islam Departeman Agama, kini menjadi konsultan Bank Dunia di Indonesia), dan epilog oleh Idy Muzayyad, M.Si selaku Ketua Umum PP IPNU masa khidmat 2006-2009.


Moh. Tolchah Mansoer menjalani kehidupan di dunia ini relatif singkat, yaitu lahir 10 September 1930 dan wafat pada 20 Oktober 1986 (56 tahun). Dari latar belakang keluarga biasa, dia bisa bangkit menjadi orang luar biasa. Dalam buku ini, kita akan menemukan nama-nama para pejuang IPNU di periode awal berdirinya dan merekalah yang berjuang bersama Tolchah muda saat itu untuk mengembangkan organisasi IPNU hingga sekarang bisa sebesar ini. Para kader militan tersebut adalah M. Sufyan Cholil (Jogja), H. musthafa (Solo), Abdul Ghony Farida (Semarang), Ismail Makky (Jogja), Moh. Djamhari, Iskandar, Sochibul Bisri, Ach. Al Fatich, Abdul Chaq, A. Mustahal, Moensif Nahrowi (asal Singosari - Malang, sekarang masih sehat di usianya ke-84, sebulan yang lalu saya showan ke ndalemnya), H. M. Said Budairy (Jakarta), Asnawi Latif, Najib Wahab, Musa Abdillah, Jamaludin Abdullah Sadjad (Nganjuk), M. Asrof Wibisono, Moh. Zamroni, Abdullah Azmi, Slamet Effendy, A. Djari, Mulyono, Musa Abdul Aziz, Moh. Jauhari, Rifa'i Yusuf, Moh. Qudsy, Masyhury, AA. Murtadho, Shobich Ubaid (Jakarta), Jusuf Mustaqim, A. Baidlowi, Mahfud Nur, Qomaruddin Arifin, A. Cholid Mawardi (Jakarta), Mahbub Djunaedy, Hisbullah Huda (Bandung), Nuril Huda Suady (Surakarta), Laily Mansur (Surakarta), Abdul Wahab Jaelani (Semarang), Ahmad Husein (Makassar). Semoga jariyah para pendahulu IPNU ini bisa menjadi bekal amal sholih untuk menuju ke rahmatullah. Amiin.


Sepak terjang KH. Tolchah Mansoer di masa tuanya adalah menjadi Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (sekarang UIN), Direktur Akademi Administrasi Niaga Negeri, Rektor Universitas Hasyim Asy'ary Jombang (1970-1983), Rektor Perguruan Tinggi Imam Puro Purworejo (1975-1983), Dekan Fakultas Hukum Islam Universitas Nahdlatul Ulama, dan Anggota Tim Pengkajian Hukum Tata Negara dajnHukum Islam pada Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI.


Pada tahun 1970, KH. Tolchah Mansoer menunjukkan sikap kritisnya terhadap Orde Baru. Ada banyak hal bentuk sikap kritisnya, sebagian dituangkan dalam tulisannya di media massa dan karya-karya bukunya. Salah satu bukunya yang kritis terhadap kekuasaan adalah buku berjudul Pembahasan Beberapa Aspek tentang Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif Negara Indonesia. Dalam buku tersebut, ia mengkritik praktik ketatanegaraan yang dilakukan Soeharto yang dianggap secara hukum menyimpang dari UUD 1945. Bisa kita bayangkan, saat semua orang masih tunduk terhadap penguasa Orde Baru, ia sudah melontarkan kritik keras.


Setelah terbitnya buku tersebut, Presiden Soeharto menawari Tolchah untuk diangkat menjadi duta besar di Timur Tengah. Akan tetapi, Tolchah menolak tawaran tersebut. Penolakan tersebut bisa dipahami karena saat itu posisi duta besar adalah "sederajat" dengan buangan. Secara sosial keagamaan dan politik, menjadi duta besar di luar negeri berarti penghapusan perjuangan di tanah air, karena menjauhkan dari basis perjuangannya. Dengan kata lain, Orde Baru ingin membungkam Tolchah secara pelan-pelan.


Dalam buku biografi Tolchah ini juga menjelaskan pemikiran Tolchah tentang konsep pemerintahan, yaitu menjelaskan tentang siklus monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, demokrasi, ochlokrasi, dan kembali lagi ke monarki atau diktator.


KELEMAHAN

Buku ini ditulis dengan semangat untuk menghormati tokoh salah satu Pendiri IPNU. Tim Penulisnya juga dari internal IPNU. Konsekuensinya, jelas penulisannya sarat akan dominasi subjektifitas penulis atau orang-orang yang sepandangan dengan penulis. Apa lagi di balik penulisan buku ini salah satunya ada Gus Romy, yang notabene adalah politikus sekaligus Ketua Umum PPP (walau pun di buku ini kapasitasnya adalah sebagai Putra sang tokoh). Jadi, narasi yang disampaikan dalam buku ini masih berada dalam garis aman dan biasa-biasa saja. Tokoh-tokoh yang pernah bergulat (oposisi) dengan Tolchah (pada masanya) tidak satu pun jadi sumber penulisan biografi ini.

Selain itu, mengenai kepenulisan, editor masih banyak yang terlewatkan. Bahkan tidak kurang dari 15 kata salah penulisannya. Walau pun ini hal yang sangat kecil, namun bisa jadi catatan untuk para editor di penulisan selanjutnya.


Pada umumnya, setiap buku yang diterbitkan selalu dicantumkan tahun penerbitan dan cetakan ke berapanya. Namun, tidak dengan buku ini. Saya menulis tahun terbit adalah 2009, itu berdasarkan tahun penulisan Kata Pengantar dari Penulis. Selain itu, buku serupa dengan judul yang sama dan dengan penulis yang sama juga diterbitkan tahun 2009, padahal buku tersebut tidak diterbitkan oleh Penerbit yang sama. Buku ini diterbitkan oleh MADANI, sedangkan yang lain diterbitkan oleh Pustaka Pesantren dengan ISBN 978-979-8452-58-1. Ajaib bukan?


KELEBIHAN

Buku ini sudah menjadi sumbangsih besar bagi NU, terutama bagi kader-kader IPNU. Secara umum, buku ini sudah layak untuk dipublikasikan. Bahkan layak untuk didiskusikan di ruang-ruang cendekiawan. Dalam hal metodologis, penulisan biografi ini sudah memiliki dasar yang kuat. Keilmiahannya sebagai buku Sejarah Tokoh, sudah bisa dipertanggungjawabkan di dunia akademis.

Seperti yang dikatakan penulis, buku ini menggunakan pisau teori biografis Sartono Kartodirjo (1992), dan pendekatannya menggunakan sejarah deskriptif analitis yang dikembangkan Koentjaraningrat (1985).


Secara esensi, ini dari buku ini sudah cukup untuk memantik semangat para kader IPNU untuk meneladani sang tokoh. Narasi penyampaiannya cukup mudah dipahami, dan alur penyusunannya sudah tepat.


Tidak banyak tokoh-tokoh IPNU yang menulis buku. Akibatnya, literasi kader IPNU juga masih sangat minim. Dengan adanya buku ini akan menambah khasanah literasi bagi bangsa ini, khususnya bagi internal kader IPNU.


KESIMPULAN

Sebagai kader IPNU, kami berterima kasih kepada  Caswiyono Rusydie, Zainal Arifin, Fahsin M. Fa'al dan seluruh pihak yang terlibat dalam penulisan biografi Ketum Pertama kita ini. Walau pun buku ini hanya menyajikan narasi kehidupan sang tokoh (dan memang itulah isi biografi), namun kami bangga dengan adanya buku ini. Dengan membaca buku ini, seakan-akan Ketum Tolchah hadir di depan kami dan memotivasi kami untuk terus berjuang dan mengabdi di organisasi.

SARAN

Sebagai kader IPNU yang notabene adalah pelajar, saya mengajak rekan-rekan sekalian untuk melek literasi dengan memperbanyak baca buku. Dalam surat yang ditujukan kepada Mahbub Djunaedi, Tolchah Mansoer mengutip kata-kata Bung Karno:


"Karena aku melarat, aku tidak bisa ke mana-mana. Pergiku hanya ke dalam buku-buku. Dengan dan karena buku-buku itu aku bisa mengembara ke seluruh dunia, bahkan ke dunia silam." (Surat tertanggal 29 Juni 1979)

Sebuah ungkapan yang menggambarkan betapa pentingnya membaca buku. Dengan membaca kita akan tahu banyak tentang dunia. Mulai dari berbagai peritiwa bersejarah abad pertengahan, hingga perkembangan pemikiran-pemikiran jenius saat ini.


Bagi kader IPNU yang sudah memiliki keahliah dan kapasitas untuk menulis, jangan sungkan-sungkan menuliskan pemikirannya ke sebuah buku atau media massa. Apa lagi yang berkaitan dengan ide-ide progresif IPNU. Sumbangsih literasi kader IPNU masih sangat diharapkan oleh seluruh anggota IPNU di seantero nusantara ini.


Penulis: Syarif Dhanurendra (Waka. Departemen Pengembangan Organisasi dan Kaderisasi PAC IPNU Kec. Ngronggot Periode 2014-2016)
Powered by Blogger.